Minggu, 11 September 2011

(Cerpen) Cinta kakek duda pada nenek janda

Umur kakek Jhoni hampir Tujuh puluh tahun, hidup sebatang kara dirumah tua yang sederhana, Lima tahun dia hidup sendiri semenjak istrinya meninggal dan ketujuh anak laki-laki nya berpencar keseantero negeri hidup menjauh berkeluarga bersama istri-istrinya, berkali-kali kakek Jhoni dipaksa anak-anaknya diluar kota untuk tinggal bersama mereka namun kakek Jhoni menolak, ia enggan pindah dirumah tua yang penuh dengan kenangan itu, ia memaksakan dirinya untuk tinggal sendirian dan mengurus dirinya sendiri.ini juga dikarenakan kakek Jhoni tak mau merepotkan, apalagi harus tinggal bersama memantu yang belum tentu baik.

Setiap hari kakek Jhoni menghabiskan sisa hidupnya beribadah, nonton TV dan duduk berlama-lama diteras rumahnya. tak ada yang menarik dalam hidupnya, kadang ia tertawa sendiri melihat seorang nenek bernama Ifah yang senasib dengannya, nenek Ifah tinggal berhadapan rumah dengannya, setiap pagi mulai jam sembilan sampai Zhuhur tiba kakek Jhoni selalu melihat nenek Ifah duduk-duduk diteras rumahnya, kakek Jhoni tak pernah menyapanya begitupun nenek Ifah, mereka saling cuek semenjak mereka masih kecil dulu sampai sudah kakek nenek sekarang ini.

Padahal sewaktu kecil kakek Jhoni pernah menaruh hati pada nenek Ifah, namun setiap kali mereka bertemu selalu saja saling cuek dan saling benci, nenek Ifah sewaktu kecilnya sering membuat kakek Jhoni kesal begitupun nenek Ifah. padahal kakek Jhoni waktu remajanya sangat menyayangi nenek Ifah, namun setelah lulus SMA kakek Jhoni kuliah di Kairo, ia berniat untuk minta maaf setelah selesai pulang kuliah dan berniat ingin meminang nenek Ifah, tapi sayang setelah kakek Jhoni tamat kuliah dan pulang ke Jakarta, ia melihat nenek Ifah sudah menikah, semenjak itu kakek Jhoni membuang jauh-jauh rasa itu dan menikah dengan gadis lain.

Dan sekarang mereka memiliki nasib yang sama, kakek Jhoni menjadi duda dan nenek Ifah menjadi janda, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, setiap jam sembilan pagi sampai jam dua belas mereka selalu duduk-duduk diteras masing-masing, saling lihat namun selama itu pulah mereka tak pernah saling menyapa, kakek Jhoni sibuk dengan cerutunya dan nenek Ifah sibuk dengan sulamannya.

Dan pagi itu, nenek Ifah memandangi teras rumah kakek Jhoni, ia terkejut melihat kakek Jhoni tidak duduk-duduk diterasnya, biasanya kakek Jhoni tak pernah absen, sehari, dua hari, tiga hari sampai seminggu nenek Ifah tidak melihat kakek Jhoni keluar rumah lagi, nenek Ifah penasaran, ia langkahkan kakinya untuk berkunjung kerumah kakek Jhoni, ia ketuk pintu rumahnya.

"Assalamualaikum... Jhon... Jhon..." Panggil nenek Ifah dengan suara yang lemah. berkali-kali ia memanggil namun kakek Jhoni tak menyahut-nyahut. nenek Ifah menempelkan telinganya didaun pintu, berharap bisa mendengarkan suara aktivitas kakek Jhoni didalam. nenek Ifah hanya mendengar suara batuk-batuk. nenek ifah mencoba membuka pintu, ternyata tak ditutup, nenek Ifah langsung masuk, ia terkejut saat melihat isi rumahnya berantakan.

"Jhon... Jhon..." Panggil nenek Ifah lagi. suara batuk dari dalam kamar terdengar cukup keras, nenek Ifah cepat-cepat kearah kamar depan.

"Astaghfirullah Jhon...." Ucap nenek Ifah saat melihat kakek Jhoni yang terbaring lemah dan melihat sedikit darah yang keluar dari mulutnya, dengan sigap nenek Ifah menelpon ambulance, nenek Ifah membawa kakek Jhoni kerumah sakit.

****

Tiba-tiba kakek Jhoni tersadar.

"Dimana aku..." Ucap kakek Jhoni lemah saat ia melihat wajah nenek Ifah tersenyum.

"Dirumah sakit..." Jawab nenek Ifah.

"Terima kasih sudah membawaku kesini..."

"Saya penasaran kenapa kakek Jhoni nggak duduk-duduk diteras lagi, biasanya nggak pernah absen, eh pas saya ketuk ternyata pintu nggak dikonci, saya masuk aja, saya melihat kakek Jhoni sedang sakit... sudah dikasih tahu sama anak-anak bahwa kakek sakit?" Tanya nenek Ifah.

"Tak usah..." Jawab kakek Jhoni.

"kenapa?" Tanya nenek Ifah.

"Mereka pasti sibuk, dikasih tahu juga tak akan bisa pulang..." Ucap kakek Jhoni sedih.

"Sama seperti saya, semua anak saya yang merantau jauh kenegeri orang tak pernah mau pulang lagi, lebaranpun banyak alasan..." Ucap nenek Ifah juga bersedih.

Mereka sama-sama diam.

"Tapi saya punya teman sekarang." Ucap kakek Jhoni.

"Siapa?" Tanya nenek Ifah penasaran.

"Nenek Ifah..." Ucap kakek Jhoni sambil tersenyum.

Nenek Ifah langsung tersenyum juga. " Bisa aja..."

Setelah berhari-hari nenek Ifah menjaga kakek Jhoni dirumah sakit, akhirnya kakek Jhoni pulang, untuk uang kiriman dari anak-anaknya masih banyak disimpan, kakek Jhoni bisa membayar uang rumah sakit dengan aman. nenek Ifah mengantarkan kakek Jhoni kerumahnya, kakek Jhoni terkejut saat melihat rumahnya sangat rapih, air mata kakek Jhoni menetes.

"Terima kasih sudah mau merapikan rumahku, semenjak kepergian istriku dan perginya anak-anakku bekerja dan berkeluarga diluar kota aku sama sekali tak mengerti cara merawat rumah..." ucap kakek Jhoni pada nenek Ifah.

"Yasudah, sekarang kakek istirahat, nanti kubuatkan bubur dirumah..." Ucap nenek Ifah.

"Terimakasih..." Ucap kakek Jhoni sedih.

Nenek Ifahpun pulang kerumahnya, kakek Jhoni menangis memandangi photo anak-anaknya dan almarhumah istri kesayangannya, ia baru menyadari bahwa ia kesepian. namun kini ia punya teman, nenek Ifah yang selalu mengantarkan makanan dan membersihkan rumahnya tanpa sepengetahuan kakek Jhoni. pagi itu, kakek Jhoni ingin mengucapkan rasa terima kasih pada nenek Ifah, ia memakai jas kemeja bagus dan celana dasar, ia mengetuk rumah nenek Ifah, nenek Ifah terkejut melihat kedatangan kakek Jhoni.

"Mau ikut kakek jalan-jalan?" Tawar kakek Jhoni.

Nenek tersenyum malu. " Kita udah tua mau ajak saya jalan-jalan kemana?" Ucap nenek Ifah.

"Dari pada kita sama-sama bete dirumah mending keliling Jakarta. Mau?" Tawar kakek Jhoni sekali lagi.

"Tunggu sebentar..." Ucap nenek Ifah, kakek duduk-duduk saja diluar menunggu nenek Ifah keluar.

Kakek Jhoni terkejut saat melihat nenek Ifah dandan rapih.

"Saya siap dibawa kemana aja, asal pulangnya jangan kemalaman..." Ucap nenek Ifah.

"Hahahaha... kayak ABG aja ya kita..." Ucap kakek Jhoni sambil tertawa.

Merekapun menyewa Bemo seharian keliling jakarta, melihat monas, gedung-gedung, taman kota dan berakhir disebuah taman Barito didekat Blok M. kakek Ifah membeli sebotol minuman untuk nenek Ifah. remaja-remaja ditaman itu melihat kakek nenek itu dengan senyum, keakraban mereka kebaikan kakek memperhatikan nenek Ifah membuat semuanya iri, apa lagi ketika kakek membelikan nenek Ifah kacang rebus dan mengupaskan kacang itu buat nenek Ifah.

Malam-malam mereka pulang, kakek Jhoni mengantarkan nenek Ifah kedepan rumah nenek Ifah. semalaman kakek Jhoni tak bisa tidur begitupun nenek Ifah, mereka sama-sama saling memikirkan, mereka kini merasa sedikit bahagia tak lagi kesepian dan merasa punya teman walau jauh dari anak dan cucu.

beberapa hari kemudian kakek Jhoni mengajak nenek jalan-jalan lagi, kali ini mereka ke ancol. nenek Ifah sangat senang bisa melihat laut disana. apalagi ketika kakek Jhoni menawarkan untuk naik kapal layar, nenek teriak-teriak saat gelombang laut agak kencang, sementara kakek Jhoni tertawa-tawa saja.

Dipetang itu mereka makan malam didekat laut. kakek Jhoni memandangi wajah nenek Ifah yang sudah keriput.

"Kenapa tidak dari dulu ya kita seperti ini?" Tanya kakek Jhoni.

"Jangan ngomong kesana... kita sudah pada peot... hehehe" Ledek nenek Ifah.

"Saya sangat senang sakarang punya teman nenek-nenek..." Ucap kakek Jhoni.

"Saya juga senang punya teman kakek-kakek..." Ucap nenek Ifah

"Hahahahaha..." Mereka berdua tertawa berbarengan sambil menikmati makan malam.

****

Pagi itu kakek Jhoni pergi ketoko Mas, ia membeli dua cincin emas yang indah, setelah ia dapatkan ia bergegas pulang. ia langsung pergi kerumah nenek Ifah, namun sayang rumahnya terkunci. seseorang datang menghapiri kakek Jhoni.

"Nenek Ifah tadi pagi dibawa kerumah sakit, tadi ia manggil-manggil kakek terus... tapi sudah dibawa tetangga kesana..."

Kakek Jhoni bergegas minta diantarkan kerumah sakit. setiba disana ia melihat nenek Ifah berbaring lemah.

"Nenek... kamu sakit...?" Tanya kakek Jhoni, ia melihat air mata nenek mengalir.

"Sudah tua..." Ucap nenek Ifah.

"Jangan bicara seperti itu, kamu pasti sembuh... saya... saya udah beli dua cincin buat kita..." Ucap kakek Jhoni sedih.

"Kita sudah tua Jhoni... bukan remaja lagi..." Ucap nenek Ifah menangis.

"Tapi semenjak saya dekat dengan nenek, saya tak lagi kesepian..." Ucap kakek Jhoni sembab.

Nenek Ifah menangis deras. "Pakaikanlah cincin itu dijemari saya... setelah saya sembuh saya janji akan selalu menemani kakek Jhoni..."

Kakek Jhoni bergegas memasangkan cincin itu kejari manis nenek Ifah... namun setelah cincin itu dipasangkan, tiba-tiba nafas nenek tak beraturan...

"Nek... nenek Ifah....?" Panggil kakek Jhoni panik.

"Terima kasih, sudah buat diakhir hidup saya bahagia... pulanglah kesalah satu anakmu Jhoni... hiduplah bersama cucu-cucumu... saya sayang kakek Jhoni... maafkan saya kalau semejak kecil suka jahat sama kakek Jhoni... itu saya lakukan karena saya tak tahu harus bersikap apa disaat saya menyukai kakek Jhoni dulu, sampai saya menunggu kakek Jhoni selesai kuliah, namun orang tua saya sudah punya calon untuk saya... saya minta maaf, saya tahu kakek Jhoni menyukai saya dulu dari temen kakek Jhoni... terima kasih semuanya... terima kasih jalan-jalannya..." setes air mata terjatuh saat nenek Ifah menghembuskan nafas terakhir. kakek Jhoni menangis tersedu-sedu tiada henti.

"Jangan dulu pergi nek... jangan... saya juga menyayangi nenek Ifah... jangan pergi, saya tak punya siapa-siapa lagi sekarang... " Teriak kakek Jhoni sambil menangis.

Hening... semua berakhir sampai disini, kakek Jhoni sendirian lagi, melawan hidup sampai nanti, sampai ajalnya menanti.

Jakarta 11 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar